Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021

Pelayaran (Oleh.Fatiya)

Langit yang kelabu Mungkin enggan menjatuhkan hujan Ombak yang besar Datang bukan untuk menenggelamkan Diatas kapal yang bergoyang Kaki ini berpijak tanpa keraguan Meyakini dalam hati Bahwa akan ada pulau indah Diakhir pelayaran Bandung, 3 Oktober 2020 Atas Bimbingan : Kak Kholifatul - Komunitas Sahabat Pena

Tetesan Hujan ( Oleh.Fatiya)

Hujan selalu dipadukan dengan air mata Mungkin karena tetesannya yang tak berdosa Menyimpan memori penuh duka Dan suhu dingin disekitarnya Mengingatkan akan sesuatu yang hilang Jikalau hujan melanda bumi Maka rindu melanda hati Teringat akan memori Tentang dia yang sudah pergi Hujan selalu membawa memori Tentang air mata dan tangisan hati Entah itu rindu atau sakit hati Yang pasti hujan selalu menemani Tapi hujan tak bisa disalahkan Karena hujan adalah ciptaan Tuhan Untuk mengingatkan Bahwa kelah pelangi akan datang Bandung, 26 Oktober 2020

Istirahat (Oleh. Fatiya)

Puisi adalah tempat istirahat Setelah melewati hari yang berat Disertai beban yang berselirat Kutuliskan kata-kata berisikan hasrat Tenggelam dalam dunia sendiri Meninggalkan ruangan yang sepi Beralih ke dunia mimpi Dalam puisi yang kutulis sendiri Ruang yang semula kosong Terisi oleh rangkaian kata Emosi yang semula menggelisahkan Terpuaskan dalam metafor yang dirahasiakan Kututup lembaran kertas puisi Kini saatnya kembali berdiri dan berlari Hingga nanti datang kembali Waktu untuk aku beristirahat dalam lembaran puisi lagi Bandung, 4 Januari 2021

Cinta Sejati? (Oleh. Fatiya)

Butuh waktu sampai kita mengerti Tentang apa itu cinta dalam hati Kemewahan mobil lamborgini Atau kesederhanaan dalam bait puisi Karena cinta sangatlah sensitif Menciptakan memori hingga tragedi Bagai mawar berduri Tapi sangat diminati Karena kita tengah diuji Oleh Sang Pencipta rasa ini Akankah kita mengerti Arti dari cinta sejati? Bandung, 29 Maret 2021

Ikatan Rantai ( Oleh. Fatiya)

Seorang ibu Menumpahkan darah anaknya Seorang suami Menumpahkan air mata istrinya Ikatan yang diawali Dengan penuh kesucian Kini menjadi rantai Yang menyesakkan Air mata itu mengalir lagi Darah itu menetes lagi Ucapan maaf seribu kali Tapi mereka khilaf jutaan kali Penyesalan yang kian menyiksa Karena terlalu sulit untuk berbicara Beban di dada Menguatkan setiap rantai yang tercipta Dan kini kata maaf tidak ada lagi artinya Bandung, 19 Februari 2021

Tutur Rindu (oleh.Fatiya)

Mendengar suaramu Mencium aroma tubuhmu Tapi tidak merasakan keberadaanmu Karena yang tersisa hanyalah ingatan Dan kerinduan Kata andaikan tidaklah cukup Untuk menggambarkan penyesalan ini Kata maaf tidaklah cukup Untuk membuatmu kembali Setelah semua luka yang kuberi Kamu pergi tanpa jejak Tapi aku masih juga terjebak Di masa dimana air mata masih merebak Dan kini aku diikat oleh rantai penyesalan Tak bisa pergi maupun kembali Aku yang tak tahu diri Berharap kamu mendengar suara ini Atau harapan bodoh dan egois Agar semua ini hanya mimpi Yang penting kamu kembali kesini Bandung, 19 April 2021

Ombak (Oleh.Fatiya)

 Di kala hujan menimpa ubun-ubun Serupa kristal yang berkilau Kedatanganmu Dan uluran tangan itu Memberikan rasa baru yang berderu Bahkan bumi pun tahu Ada jantung yang berdetak kencang Serupa getaran ombak yang menyejukkan Menyapu lautan Dan menggoyahkan pelayaran Awalnya aku pikir itu cinta Tapi kamu tak juga ikut Dalam ekspedisi pelayaran Dan hanya menjadi ombak yang menggoyahkan Maka aku memilih untuk pergi Membawa sedikit memori Tentangmu yang sempat mampir Dalam ekspedisi Perjalanan mencari separuh hati Bandung, 12 Maret 2021